Semakin berkembangnya media sosial saat ini, konten yang dibuat pun semakin variatif dan kreatif. Keberadaan influencer dan KOL (key opinion leader) untuk membantu produksi konten menjadi begitu penting dalam perkembangan bisnis. Bukan soal tren semata, namun berkolaborasi dengan influencer dan KOL merupakan salah satu strategi marketing yang terus tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu. Lalu, apa itu influencer dan perbedaannya dengan KOL?
Setelah sebelumnya kita sudah pernah membahas apa itu KOL dan fungsinya dalam digital marketing, kali ini kita akan mengupas mengenai apa itu influencer. Sebab, hingga saat ini masih banyak orang yang bingung mengenai peran keduanya dan mana yang lebih baik diajak berkolaborasi dalam penerapan strategi digital marketing.
Apa Itu Influencer?
Seperti namanya, infuencer yang berarti pemberi pengaruh. Maka pada dasarnya influencer adalah seseorang yang bisa memiliki pengaruh dalam masyarakat. Namun, influencer tidak harus selalu berasal dari kalangan selebritas atau public figure.
Seseorang dapat disebut influencer jika memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan pembelian orang lain karena memiliki otoritas, pengetahuan, dan hubungan baik dengan audiens. Selain itu, biasanya influencer ini memiliki banyak follower atau pengikut pada segmentasi market tertentu yang terlibat secara aktif.
Seperti dikutip dari Hariyanti & Wirapraja, 2018:141, influencer adalah seseorang atau figur dalam media sosial yang memiliki jumlah pengikut yang banyak atau signifikan. Hal yang mereka sampaikan dapat memengaruhi perilaku dari pengikutnya. Itu sebabnya, dalam memperkuat pemasaran dan promosi menggunakan media digital, menggunakan jasa seorang influencer adalah salah satu strateginya.
Jenis-jenis Influencer
Jumlah follower atau pengikut pun perlu menjadi pertimbangan perusahaan saat ingin berkolaborasi dengan influencer. Apalagi jika ingin memasarkan produknya secara lebih luas, tentu saja influencer yang dibutuhkan adalah orang dengan jumlah pengikut yang banyak di media sosialnya agar semakin luas jangkauan target konsumen.
Nah, berikut ini jenis-jenis influencer bila melihat dari jumlah follower yang mereka miliki.
1. Mega Influencer
Mega influencer adalah influencer dengan jumlah pengikut mencapai lebih dari 1 juta di platform media sosial mereka. Kebanyakan influencer ini biasanya berasal dari kalangan selebritas, musisi papan atas, bintang film, dan sebagainya. Namun, pihak brand harus mengetahui bahwa terkadang tidak mudah bekerja sama dengan mega influencer lantaran biaya yang dipatok biasanya begitu besar untuk sekali postingan saja.
2. Makro Influencer
Makro influencer adalah mereka yang memiliki jumlah pengikutnya bisa mencapai 500 ribu sampai 1 juta. Di Indonesia, influencer yang berada dalam tingkatan ini lebih dikenal dengan sebutan selebgram. Mereka sendiri biasanya lebih bersahabat untuk diajak kerja sama oleh brand.
Tetapi perlu juga diingat, sebelum mengajukan kerjasama, pastikan kamu menganalisa apakah pengikut yang mereka miliki palsu (fake follower) atau bukan alias organik. Pasalnya, tidak jarang makro influencer yang pengikutnya dari hasil membeli follower.
3. Mid-tier Influencer
Mid-tier influencer biasanya memiliki pengikut dengan jumlah antara 50 ribu hingga 500 ribu. Berbeda dengan mega dan makro influencer yang pengikutnya kebanyakan memiliki minat yang sama dengan sang influencer, mid-tier influencer memiliki pengikut yang lebih beragam tanpa ada keterkaitan. Jadi, jika kamu mengejar jangkauan pasar yang lebih luas, maka mid-tier influencer bisa jadi pilihan untuk kamu ajak bekerja sama.
4. Mikro Influencer
Mikro influencer adalah orang biasa yang telah dikenal karena pengetahuan mereka dalam segmen tertentu. Nah, biasanya pengikut mereka berasal audiens pada segmen tersebut. Umumnya mikro influencer memiliki jumlah pengikut antara 10 ribu hingga 50 ribu pengikut. Dengan jumlah ini biasanya mikro influencer tidak merasa mereka adalah orang yang berpengaruh sampai suatu merek mengajak bekerja sama. Bahkan, mikro influencer ini terkadang mempromosikan sebuah brand secara gratis.
5. Nano Influencer
Tipe influencer terbaru yang mendapat pengakuan adalah influencer nano. Tipe influencer ini memiliki sedikit pengikut dibanding jenis influencer sebelumnya yakni sekitar 1.000 hingga 10 ribu. Lantaran sedikit pengikut, nano influencer memiliki harga yang terjangkau. Biasanya influencer nano dibutuhkan untuk campaign kecil untuk membantu meningkatkan engagement media sosial sebuah brand.
Perbedaan KOL dan Influencer
Meski sebenarnya KOL (Key Opinion Leader) dan influencer itu berbeda, tetapi masih banyak orang yang belum terlalu paham perbedaan keduanya antara apa itu KOL dan influencer. KOL adalah seseorang yang punya pengaruh dan keahlian khusus dalam suatu bidang. KOL ini juga seseorang yang kredibel sehingga pendapatnya dapat dipercaya oleh pengikutnya, baik di dunia digital atau media sosial maupun di dunia nyata.
Sementara influencer lebih banyak beraktivitas di media sosial, sebab platform tersebut merupakan sarana dalam membuat konten digital untuk berkomunikasi dengan para pengikutnya. Seorang KOL tidak diharuskan memiliki media sosial dengan jumlah pengikut yang banyak, sedangkan influencer justru menggunakan media sosial sebagai lahan pekerjaan mereka.
Lalu, perbedaan lainnya yakni dari segi cara berkomunikasi. KOL di media sosial bersifat satu arah, sedangkan influencer berkomunikasi dua arah. Hal ini dikarenakan KOL biasanya tidak membuka tanya jawab secara langsung, dan pertanyaan dari audiens bisa saja dijawab oleh asistennya. Lain halnya dengan influencer yang justru diharuskan lebih aktif berkomunikasi dengan pengikutnya secara langsung.
Kesimpulannya, seorang KOL memiliki pengaruh dan latar belakang keahlian yang lebih spesifik dibandingkan influencer. Demikian juga bahwa seorang influencer bisa menjadi KOL, namun tidak bisa sebaliknya. FYI, saat ini perusahaan seperti digital agency yang kerap berurusan dengan para KOL nyatanya cukup banyak yang akhirnya memutuskan untuk membentuk sebuah KOL Management sendiri, loh! Dengan adanya tim KOL management tersebut, agensi pun jadi lebih mudah dalam mengatur proses strategi campaign brand yang mereka pegang.